Jumat, 20 Juli 2012

"Mengapa Kita Dilahirkan Tidak Seagama?" (Surat Kecil Buat Mama)

Oleh : Sausan Izzah Dienillah
Dikutip dari : Muhammad Zulkarnain

Ohh.. MAMA.. 

Saat ananda tulis surat ini, bulan agak kelabu di langit tinggi, sementara malam sudah mulai lewat, kesepian telah begitu mencengkram seluruh alam. Nanda belum bisa tidur. Mama.., entahlah mengapa beberapa hari ini nanda rindu sekali kepada Mama, sangat menggebu-gebu, ingin sekali ananda membenamkan wajah nanda dipangkuan mama, seperti dahulu waktu nanda masih kanak-kanak suka membenamkan wajah nanda di pangkuan mama. 
Ma.. tidak ada tempat yang seindah, sesyahdu di pangkuan seorang Mama. Mama kini sudah tua, nanda belum bisa membalas budi Mama. Semoga Tuhan mengampuni dosa nanda atas kelalaian nanda membalas budi nanda tersebut. 
Mama, ananda selalu berdoa kepada Tuhan semoga Ia sayang selalu kepada mama, menghibur dan menyembuhkan mama kalau sakit. Ananda selalu minta kepada Tuhan, semoga diampuni segala dosa mama, baik yang sengaja maupun tidak sengaja, serta diberikan karunia-Nya selalu kepada mama.
Ma, gembirakah hati mama sekarang ? Nanda yakin tidak Ma, dalam istana emas sekalipun tidaklah seorang Mama akan gembira manakala anak satu-satunya seperti nanda ini tidak ada dihadapan matanya. Harta manusia sedunia biasanya tidak dapat menembus hati seorang Mama buat seorang anak tunggal seperti ananda ini.
Mama, tentang keadaan nanda di rantau orang tidaklah segemilang dan semewah seperti beberapa teman nanda yang sudah bisa jadi orang besar. Ananda hanya menjadi orang kecil, yang hidup pas-pasan. Ananda masih seperti ayam, mengais petang di makan pagi, mengais pagi dimakan petang. Bila panas masih kepanasan dan bila hujan masih kehujanan. Ananda tidaklah hidup untuk makan, tetapi makan untuk mempertahankan hidup, Mama ananda bukan pejabat, juga bukan konglongmerat. Ananda hanya seorang wiraswasta kecil yang modalnya pas-pasan juga. Namun Maha Besar Allah, Ia selalu memberikan berkah karunia-Nya sehingga walaupun modalnya pas-pasan, tanpa bantuan asing,tetapi mencukupi kebutuhan nanda yang paling pokok yaitu : TIDAK BERHUTANG. Alhamdulilah Ma, sebab amanat mama yang selalu mengatakan janagn membiasakan berhutang. 
Ananda juga masih tetap menjalankan nasihat mama sewaktu kecil. Kita boleh saja berpisahan. Mama, jika itu kehendak Tuhan, tetapi ajaran mama tetap melekat dan anada patuhi, demikian juga dengan ajaran sembahyang sebelum tidur. Ananda taat kepada ajaran yang mama didik walaupun dengan cara lain. 

Kenapa Kita Tidak Dilahirkan Seagama ?

Maaf ya ma... sejelek-jelek seorang anak, pendapat ananda, kalau masih menjalankan ajaran agama adalah besar manfaatnya. Sebaliknya ma, bagaimanapun besar kekuasaan dan kejayaan seorang anak, kalau sudah jauh meninggalkan ajaran agama, ya patut sangat disesalkan. Mudah-mudahan Mama tidak mau menerima ananda berkekuasaan besar dan kaya, tetapi ingkar dari ajaran agama.
Ajaran agama yang ananda maksud disini bukanlah ajaran dalam arti prinsip pokok, tetapi ajaran agama dalam arti umum, yaitu suatu hikmah kebaikan.Agama dalam arti mengenal Tuhan betapun anggapan da pengertiannya tentang ketuhanan, dan menjalankan perintah-perintah Tuhannya itu.
Ma, ananda mempunyai seorang kawan sahabat baik sama-sama beragama islam, tetapi bila ananda berbicara tentang Islam ia sangat marah, dan mengejek-ejek nanda bila melihat suaminya sembahyang (solat). Lucu kan Ma? tetapi memang benar-benar ada, benar-benar terjadi.

Mama yang sangat kusayangi. 
Mengapa ya ma, Kita berdua dilahirkan untuk tidak seagama? 
Apakah memang nanda dilahirkan untuk tidak seagama dengan Mama? 

Mama pengikut kayu palang yang soleh, sementara ananda pengikut bulan sabit yang keras. Mama umat Kristus yang begitu taat sementara nanda ummat Muhammad yang ekstrim. Terus terang ma, ananda seorang Islam yang ekstrim yang artinya tidak ada tawar-menawar soal agama. Dengan demikian maka antara kita Mama, seolah ada sebuah jurang yang dalam dan tak pernah tepi-tepinya dapat dipertautkan. Seperti dua kutub yang tak mungkin bertemu begitulah kira-kira. Atas sikap tersebut di atas, maka akhirnya kita berdua 25 tahun lamanya berpisah. Ananda menjauh dan Mama bukan karena tidak cinta, maaf Mama kalau cinta ananda rasa-rasanya tidak dapat diukur dengan panjangnya tepi laut.
Ananda menjauh agar supaya tidak terjadi bentrokan di antara kita , tentang pemahaman dan pengertian ketuhanan kita masing-masing. Padahal papa kita sudah meninggal. Papa sudah dipanggil pulang oleh khalik-Nya. Mestinya yang menjaga mama adalah nanda, kalau mama sakit, kalau mama letih, terutama. 
Ananda masih sangat membutuhkan doa mama kepada Tuhan, karena tidaklah ada doa di dunia ini seampuh doa seorang mama untuk anaknya. Kemanakah lagi nanda harus mencari doa yang paling tulus, paling ikhlas kalau bukan seorang mama.
Namun kenyataannya kita berpisahh jalan ma. Benarkah harus demikian?. Benarkah bahwa agama harus memisahkan seorang mama dengan anaknya? benarkah agama harus memutuskan tali silaturahmi antara anak dengan ibunya? Harusnya hal ini tidak terjadi. Tapi nyatanya dapat memisahkan kita ma.. 
Ma.. maafkan nanda ya... sampai disini dulu.. adzan subuh sudah terdengar, mama juga pasti lelah membaca surat dari nanda. Semoga diantara kita tetap terjaga, meski telah ada jurang pemisah.. tapi cintaku pada mama tetaplah dihati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar