Minggu, 21 Mei 2017

BALLADA CINTA "KAN KUBAWA MATI"

Biar luka kandung hingga sirna
Berapi panasnya menghantam jiwa 
Perihnya perih, ini luka bagai mandi cuka !
Basah, mengoyak daging pada hati sang jiwa

Biar luka kukandung hingga sirna
Berapi panasnya sepanas tembaga
Perihnya perih, menjilat api pada bara
Basah, mengoyak daging pada hati sang jiwa

Biar lara kutimang meski hati meronta
Kubawa lari, hingga keranda menyapa
Hingga para kamboja ramai bicara
Jangan lagi tanya mengapa, ini luka !

Biar luka kutimang meski hati meronta
Kubawa lari, hingga kafan menyapa
Hingga para kamboja ramai bicara 
Jangan lagi tanya mengapa, ini duka !

Sabar aku sabar, sadar aku sadar ini ujian-Nya
Kubawa lari, lukaku hingga ajal menyapa

Biar luka ku busuk dimakan usia 
Tapi senyum s'lalu kubawa kemana-mana
Manakala  ada jejaka pengobat luka 
Sirnalah duka nestapaku ditebas si jaka 

By : SID ( Pujangga tak bernama )  
Minggu, Mei 21 2017




Kamis, 18 Mei 2017

CERITA DI SORE HARI


Kala langit merah tembaga memancarkan pesonanya
Berhiaskan sekelompok camar terbang mempesona
Bersinarkan cahaya matahari tenggelam di arah sana
Angin sore menyejukkan hati dan suasana-
hingga sepoinya membelai rambutnya
Hei siapa dia ? Kudekatkan ia
Oh nampaknya ia sedang menenangkan diri
Kulihat kerlingan matanya penuh fantasi
Seorang pemuda duduk gagah laksana pangeran berkuda
Aku menyapa seraya melemparkan senyum padanya
Tak sanggup ku menatapnya begitu sayu penuh makna
Seperti sedang murung memikirkan sesuatu
Atau sedih sedang mengganggu hatinya
Entah apa yang kurang padanya-
namun duka masih mengiringi hidupnya
Wahai tuan yang baik hati engkau jangan lupa
Jangan kau cari tempat memuja dunia
Bila memuja bagai patung, membakar dupa pun memuja
Diam dalam gua bertapa menikmati wangi dupa
Tiada makna tiada berati hanya bertapa
Sepoi berhembus menyejukkan diri
Mengenyah duka dari dalam hati
Perlahan dukaku sirna dimakan waktu
Pernahkah tuan merasakan duka nan lara ?
Bila tuan pernah merasakan duka nan lara-
apa tuan ingin pergi mencari penawar duka ?
Atau tuan ingin menyendiri selamanya ?
Ahh tuan hanya diam membisu saja ...
Hanya melemparkan senyum ramahnya
Kulihat jarum jam berlari cepat
Nampaknya hari makin gelap berkabut
Berpamit aku pulang sebelum aku terbuai
Jangan lagi murung dengan pandangan itu
Kau lihat diluar sana dunia ini indah sekali
Tapi kau pun tak perlu memuja dunia
Pernah sesat aku kala memuja dunia
Kini ku tinggalkan dunia yang fana
Hanya ku cari Dia Maha Penyayang-
sang penerang jiwa 
Dan cinta sejati belahan jiwa 
Hidupmu  bagai biola senandung larasnya
Mengharu harmoni dalam orkes  
Indah berlagu hingga petang datang membayang
Tetap bergairah tuan jalani hidupmu
Namun kau jangan lupakan kekasihmu
Dia-lah Tuhan pemberi segala nikmatmu

*puisi gaya bebas*
By : SID ( Pujangga tak bernama )
Kamis, Mei 18 2017








Selasa, 16 Mei 2017

SELALU DIHATIKU ( Guruku )

Kusambut pagi dengan ceria
Kucium tangan kedua orang tua tercinta
Kugendong tas dipundak sekuat tenaga 
Mengingat hari terakhir sekolah
Aku senang seperti lega rasanya
Denyut nadi dan nafas kuat mengiringi kaki melangkah 
Kupandang wajah dengan kerlingan mata sambut meriah
Tiba di gerbang bertemu guruku dengan rona memerah
Aku mengerti merasakan apa yang ia rasakan
Angin pengahntar rindu meniup segala penjuru
Membuat hati semakin rindu akan gayamu
Guru kau sadarkan kami apa arti prestasi nan bakti
Dari mana kami dapat nilai favorit ini ?
Jikalau bukan dari engkau yang menuntun kami-
dalam prestasi, kebenaran, dan suri tauladan
Sebelum kami semua terjerat akan jurang kenistaan
Kau ajarkan kami akan nilai moral dan kebenaran
Sebelum itu terjadi  
Engkau sadarkan kami dalam tuntunan hati
Dengan ketulusan kasih sayang engkau peduli hidup kami
Akan prestasi, bakti, dan masa depan kami
Guruku kami pergi bukan meninggalkamu sendiri
Kau tetap ada dalam jiwa dan hati kami
Bila perlu dunia pun harus tahu engkau guru kami-
yang baik hati dan teman bermain kami
Dalam diam khusyuk kami dalam berdoa 
Bagi kebahagiaan engkau agar jauh dari duka nestapa
Biar pelangi mewarnai hidupmu nan ceria meski tak lagi bersama
Biar bintang di langit menemani malammu 
Bahagiamu bahagiaku juga guru 
Kau kan s'lalu ada dalam hati kami selamanya
Meski jarak membentang memisahkan kita
Akan kami tetap ingat sepanjang hayat
Memang pilu terasa, mata mulai berkaca-kaca-
Mendekap dan menyayat
Tiada lagi canda dan tawa seperti itu 
Tangan bergetar kala kau jabat tanganku 
Mendingin dengan penuh haru
Guru tanpamu kami bukanlah siapa-siapa
Tanpamu kami bukanlah apa-apa
Meski mendung kini mewakili suasana
Aku tetap melangkah menjemput asa
Kembali kami kan menjadi kebanggaanmu
Dengan lantang ku katakan pada dunia :
"Dia guruku yang selalu ada dihatiku"
Tiada lupa, hormat dan bakti kami kepadamu guru
Semoga bahagia sentosa selalu mengiringi hidupmu guru

*puisi gaya bebas*
By : SID ( Pujangga tak bernama )
Rabu, Mei 17 2017


Selasa, 09 Mei 2017

BULAN DI MALAM KELAM

Berdiri aku memandang bulan dalam jendela kamar
Sepi kelam tiada berisik, hanya bulan terang benderang
Angin malam meniup segala penjuru, menyejuk bumi memecah sepi 
Biar ku temani bulan bersinar sendiri ditengah sunyi tetap menari 

Kaulah bulan diam malam yang kelam
Berlagu dendang meski sendiri menerangi langit malam
Oh bulan rupamu tiada ku lihat nan kasat mata
Namun cahayamu mampu mengobati luka nan lara

Merasuk ke dalam sukma membisik dengan lirih 
Mendayung jiwa ke tempat dingin, mengajak aku bersajak
Dalam rupa sinarmu maha sempurna tiada dua
Tetap setia benderang hingga pagi menjelang 

Oh bulan datanglah kembali temani retakan hati
Butir-butir rindu mengharu di tengah sepi
Maukah kau datang sekuat raksasa
Atau kau ingin menjelma secantik dunia

Gumamku dalam rindu mengharu kalbu,
Bulan datanglah kembali dalam pangkuanku
Biar piluku sirna, bagai pelipur lara
Hingga hilang pedih perih di palung jiwa

Diamku menunggu bulan datang kembali
Larut malam kian menjadi
Nampaknya bulan tidak datang bersinar kembali
Ku pandang langit gelap hitam kelam 

Gumamku lirih berbisik,
Bulan datanglah kembali dalam pangkuanku
Biar piluku sirna, bagai pelipur lara
Hingga hilang pedih perih di palung jiwa

Begini aku bulan, sendiri berkelana mengembara 
Tiada teman di hati hanya doa penenang jiwa
Dia-lah Tuhan Maha Sempurna dan Kaya
Kau indah bersinar karenan-Nya

Bersinar terang cahayamu benderang 
Merasuk sukma menghibur sang jiwa nan lara 
Terang benderang engkau berlagu dendang
Duhai bulanku pesona sinaranmu yang tiada dua
Tetaplah bersinar terang bagi jiwa-jiwa yang lelah
Hingga hilang pedih perih di palung jiwa

Rabu, 10 Mei 2017

By : SID (Pujangga Tak Bernama)